Selasa, 31 Mei 2016

Puisi I Kecewaku

Puisi

Kecewaku



Tuhan,
Jika ku boleh meminta
Hanya satu yang ku pinta
Bantu aku melupakannya
Aku menyesal telah mengenalnya
Karna hadirnya, hanya memberi goresan luka di jiwa

Dulu hadirmu memberiku sejuta harapan dan cinta
Hadirmu memberiku semangat dalam menjalani hidup penuh cita
Tapi, kini semua cintamu hanya sebuah omong kosong belaka
Meninggalkanku dalam luka penuh derita

Begitu cepatnya kau mendapatkan penggantiku
Begitu mudahnya kau melupakanku
Tanpa memberi kesempatan untukku
Hampirku meneteskan air mata penuh kecewa
Setiap ku melihatmu bersamanya
Namun kau tak pernah mengerti apa yang ku rasa

Dan kini aku mencoba tegar dan tersenyum di hadapanmu
Meski dibalik semua itu, tersimpan seribu sesal dan kecewa



***

Cinta Is Omong Kosong I Karya : Guntur Megananda

CERPEN
Cinta Is Omong Kosong
Karya : Guntur Megananda

Siang itu aku lagi asyik iseng buka sosial media, mumpung tugas dikantor udah selesai... siang itu udara memang cukup panas,maklum karena bulan ini masih masuk musim kemarau yang panjang. Waktu di jam tangan ku sudah menunjukkan pukul setengah dua siang, perut aku pun sudah terasa mulai keroncongan ibarat cacing yang teriak-teriak minta dikasih makan..hehe dan tanpa sengaja aku melihat sebuah status di sosial media ku yang isinya sangat membuat siang ini terasa begitu panas seperti di dalam neraka, bahkan panasnya sampai membakar sela-sela rongga dadaku dan membakar hatiku sampai meleleh.. betapa tidak, karna status yang aku baca tanpa sengaja di sosial media milik aku itu tidak bukan adalah akun milik mantan aku yang ternyata isi statusnya akan melangsungkan pernikahannya dengan lak-laki pilihannya. Meskipun aku bukan siapa-siapanya dia lagi sekarang tapi aku masih tidak terima dan jengkel sekali karena perlakuannya dulu yang telah mengecewakanku. Rasanya aku pengen makan orang dan menelannya bulat – bulat.. hehe Sampai detik ini pun rasa sakit itu masih tetap bersemayam di dalam sanubariku dan tidak akan pernah ku lupakan. Oh ya, kenalin aku adalah gunawan, salah seorang karyawan pada suatu instansi atau lembaga milik pemerintah. Disamping itu aku juga masih melanjutkan studi ku di salah satu perguruan tinggi swasta.
Siang itu aku masih terduduk terdiam di atas teras depan sebuah ruangan di sebuah kursi kayu panjang dengan cuaca yang sangat panas, sepanas hati ku ini seperti air yang baru mendidih. Sesekali angin bertiup lembut menerpa tubuhku yang sedang kepanasan ini. aku masih tidak habis pikir dengan kelakuan dia yang begitu mudahnya mendapatkan penggantiku, setelah sekian lama meninggalkan ku begitu aja. Meskipun rasa sayang ini terkadang masih ada tapi kini rasa sayang itu telah berubah menjadi sebuah kebencian teramat dalam dan sampai kapan pun tidak akan pernah bisa hilang. Aku pun jadi teringat masa dua tahun yang lalu, saat dimana aku baru mengenal dia sebagai pribadi yang kelihatannya lugu dan penuh dengan kesempurnaan walau pun ternyata anggapan ku itu berbanding terbalik tiga ratus enam puluh derajat.
Kisah ini bermula kira – kira dua tahun silam, waktu itu aku lagi nyari – nyari perguruan tinggi yang cocok untuk aku. Secara kebetulan aku tak sengaja melihat profil akun dia dan secara kebetulan juga aku melihat bahwa dia juga sudah terdaftar kuliah di sebuah perguruan tinggi yang rencananya akan aku daftarin. Oh ya sampai lupa, yang aku maksud dengan dia itu adalah seorang gadis perempuan yang lumayan cantik yang bernama khotimah. Waktu itu karena aku masih bingung dengan perguruan tinggi yang mau aku masuki itu akhirnya aku memberanikan diri untuk mengirim inbok kepada khotimah melalui sosial media milikku yang mana isi inbok itu adalah menanyakan bagaimana syarat – syarat yang harus di siapakan untuk masuk keperguruan tinggi itu.
Tak sabar aku menunggu jawaban darinya, baru setelah beberapa minggu kemudian akhirnya khotimah mengirim balasan ke sosial media milik aku. Kebetulan waktu itu aku dan khotimah sedang sama – sama online dan kami pun saling berkirim balas pesan lewat inbok dengan asyiknya. Sesekali dalam percakapan lewat inbok itu aku bertanya di luar seputar masalah pendaftaran kuliah. Dan dia dengan senang hati menenggapainya dengan baik, akhirnya kami pun saling bertanya tentang masalah pribadi masing - masing dan kesibukan masing – masing.
“tumben pagi – pagi udah on ?” tanya ku.
“he’em sambil bersih”
“liburan acaranya kemana ni?”
“Ga ada planing?”
“masa ?”
“iya..”
 Setelah beberapa lama akhirnya aku merencanakan untuk jumpa darat dengannya, dan khotimah pun meng iyakannya. Seminggu sebelumnya aku merencanakan untuk ketemuan, tetapi waktu itu pas hari minggunya kebetulan di sekolah ku ada acara arisan keluarga. Aku sempat kecewa karena rencana pertemuan ku dengan khotimah menjadi agak terganggu karena paginya aku harus menghadiri acara keluarga itu sampai siang. Akhirnya acara itu pun selesai, aku menjadi semangat sekali untuk segera menemuinya. Namun rencana ku masih terganjal juga. Siang itu cuaca sangat mendung dan akhirnya tetesan air pun mengucur dari langit. Aku pun sedikit sangat kecawa, tetapi aku tidak menyerah. Aku tetap setia menunggu hujan itu sampai reda demi untuk bisa bertemu dengan dia karena rasa penasaran ku yang begitu menggebu – gebu untuk bisa bertemu dengan khotimah. Tak lama hujan pun mulai reda, aku pun segara mengeluarkan handphone yang ada di saku celanaku. Dengan lincah jari – jari ku mencarai nama khotimah di daftar kontak teleponku. Akhirnya aku telfon khotimah.
Tutt..tutt..tutt..’’ hallo asslamualaikum..’’ jawab khotimah.
“waalaikum salam” jawab ku.
“gimana mas ?”
“ga papa dhe, oh ya jadikan kita ketemu hari ini?”
“iya mas, tapi kan cuaca mendung begini, aku kasihan nanti mas kehujanan di jalan”
“ tenang aja, demi kamu aku rela berbuat apa pun..hehe” dengan nada setengah tertawa.
“iya mas, tapi aku sedang berada di rumah budeku. Mas kesini aja, alamat rumahnya seperti yang sudah aku ceritakan kemarin .”
“iya dhe,  mas mengerti, ya udah mas siap – siap berangkat kesitu ya..”
“iya mas, hati-hati dijalan”
Tanpa menunggu lama aku pun segera menaiki sepeda motor ku dan segera menuju rumah budhenya khotimah.
Disana kami ngbrol panjang lebar dengan asyik, walau pun baru ketemu tapi aku merasa tidak asing melihat wajah dia. Aku merasa ada daya tarik tersendiri dari khotimah. Daya tarik dan rasa nyaman yang tak pernah aku jumpai dengan perempuan manapun sebelum aku mengenal khotimah. Khotimah pun kelihatannya juga merasa nyaman dengan ku. Walaupun aku baru di temuinya tapi dia seolah-olah tidak merasa sungkan atau malu untuk ngbrol panjang lebar denganku. Dalam hati ku pun berkata “tuhan, apakah ini yang kau sebut dengan cinta, jika iya maka dekatkan lah hamba dengannya seperti dekatnya antara jari telunjuk dan ibu jari .” tak terasa waktu sudah sore, aku pun pamitan untuk pulang.
Waktu terus berlalu, jam berganti demi jam, hari berganti demi hari, minggu berganti demi minggu, kami pun merasa semakin dekat dan semakin nyaman hingga pada suatu hari kami pun memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan. Meskipun usia ku terpaut dua tahun dengan khotimah yang usianya dua tahun diatas aku tapi kata dia tidak menjadi pengahalang untuk menjalin sebuah hubungan. Yang aku suka dari khotimah adalah sikapnya yang dewasa dan bisa mengerti aku. Aku pun sebaliknya bisa belajar banyak dari dia, tentang sebuah kedewasaan. Aku pun sering di ajak main kerumahnya khotimah, bahkan sampai – sampai aku sering ngbrol bareng dengan orang tua khotimah. Waktu itu kami sudah layaknya seperti suami istri, karena hampir sudah tidak ada dinding pemisah diantara kami berdua. Setiap ada masalah kami selalu bercerita dan saling memberi solusi. Khotimah pun kadang aku ajak main ke rumah untuk di kenalin dengan orang tua aku. Dan orang tua aku pun senang dengan khotimah.
Setelah hubungan kami menginjak beberapa bulan tingkah laku dia nampak begitu aneh. Kalo ada apa – apa dia jadi gampang marah. Aku nda tau kenapa tiba – tiba dia jadi begitu. Melalui sebuah pesan singkat khotimah bilang bahwa khotimah ingin menyudahi hubungannya dengan ku. Dia bilang karena usia ku masih terlalu muda untuknya. Padahal dari awal dia pernah mengatakan bahwa usia tidak akan menjadi pemisah diantara kita, tetapi omongan itu dia langgar sendiri. Aku sasangat kecewa sekali. Hari – hari ku aku habiskan untuk diam dan termenung. Kadang aku berfikir, apa mungkin perasaan cinta yang selama ini dia ucapkan dan janji – janji manisnya dulu hanya sebuah omong kosong belaka. Apa mungkin aku hanya di jadikan sebagai batu loncatannya saja dan dia tidak benar – benar mencintaiku dari awal, terus kemudian setelah bosan dia dengan gampangnya mencampakkan ku begitu saja? Ahh, Aku pun tak tau. Perasaan ini terus – terusan bergejolak dalam pikiranku. Sejak saat itu aku tidak pernah percaya lagi dengan yang namanya cinta, semuanya mungkin sama saja. Awalnya mungkin manis tapi pada akhirya rasa manis itu akan berangsur-angsur berubah menjadi pahit. Cinta adalah omong kosong.


SELESAI

Lanjutan Rangkuman Buku Strategi Pembelajaran Bab 13 sampai Penutup

Lanjutan Rangkuman Buku Strategi Pembelajaran Bab 13 sampai Penutup

BAB 13
Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)

  1. Pendahuluan
Berbeda dengan strategi-strategi yang telah kita bicarakan sebelumnya, CTL merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari mata pelajaran sesuai dengan topik yang dipelajarinya. Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung.

  1. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
  1. Latar Belakang Filisofis dan Psikologi CTL
  1. Latar Belakang Filosofis
Pandangan Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran, diantaraya konteks pembelajaran kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemberitahuan orang lain, tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan yang demikian akan mudah dilupakan dan tidak fungsional.
  1. Latar Belakang Psikologis
Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran kognitif psikologis. menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman invidu akan lingkungan.belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respons. Belajar tidak sesederhana itu. Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti motivasi, emosi, minat, dan kemampuan atau pengalaman.
  1. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional
Dibawah ini dijelaskan secara singkat perbedaan kedua model tersebut, dilihat dari konteks tertentu.
  1. CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.
  2. Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalui kegiatan kelompok, seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran.
  3. Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara rill; sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.
  4. Dalam CTL, kemampuan didasarkan pada pengalaman, sedangkan dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan.
  1. Peran Guru dan Siswa dalam CTL
Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar siswa. Dalam pembelajaran konvensional, hal ini sering terlupakan sehingga proses pembelajaran tak ubahnya sebagai proses pemaksaan kehendak, yang menurut Paulo Freire sebagai sistem penindasan.
  1. Asas-asas CTL
CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Seringali asas ini disebut juga komponen-komponen CTL. Selanjutnya ketujuh asas ini akan dijelaskan dibawah ini.
  1. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
  1. Inkuiri
Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir yang sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.
  1. Bertanya
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu. Sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan sesorang dalam berpikir.
  1. Masyarakat Belajar
Konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pemelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain.
Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.
  1. Pemodelan
Yang dimaksud dengan asas pemodelan adalah proses pembelajaran dengan mempragakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa.
  1. Refleksi
Reflaksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari dilakukan dengan cara mengurutkan lembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
  1. Penilaian Nyata
Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak.
  1. Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL
Untuk lebih memahami bagaimana mengaplikasikan CTL dalam proses pembelajaran, dibawah ini disajikan contoh penerapannya. Dalam contoh tersebut dipaparkan bagaimana guru menerapkan pembelajaran dengan pola konvensional dan dengan pola CTL.
  1. Pola Pembelajaran Konvensional
Untuk mencapai tujuan kompetensi diatas, mungkin guru menerapkan strategi pembelajaran sebagai berikut.
1)      Siswa disuruh untuk membaca buku tentang pasar
2)      Guru menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan pokok-pokok materi pelajaran seperti yang terkandung  dalam indikator hasil belajar
3)      Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya manakala ada hal-hal yang kurang jelas
4)      Guru megulas pokok-pokok materi pelajaran yang telah disampaikan dilajutkan dengan menyimpulkan.
Dalam model pembelajaran seperti yang sudah dijelaskan diatas, maka tampak bahwa proses pembelajaran sepenuhnya ada pada kendali guru. Siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi. Pengalaman belajar siswa terbatas, hanya sekedar mendengarkan. Melalui pola pembelajaran semacam itu, maka jelas faktor-faktor psikologis anak tidak berkembang secara utuh, misalnya mental dan moivasi belajar siswa.
  1. Pola Perkembangan CTL
Untuk mencapai kompetensi yang sama dengan menggunakan CTL guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti dibawah ini.
  1. Pendahuluan
1)      Guru menjelaskan kompetensi-kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran
2)      Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL
3)      Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.
  1. Inti
Dilapangan
1)      Siswa melakukan obsevasi ke pasar sesuai dengan pembagia tugas kelompok
2)      Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di pasar
Didalam kelas
1)      Siswa mendiskusikan hasil temuan sesuai dengan kelompoknya
2)      Siswa melaporkan hasil diskusi
3)      Setiap kelompok mengadakan tanya jawab dengan kelompok lain
  1. Penutup
1)      Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil kegiatan observasi
2)      Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan sesuai dengan bahasan dalam observasi
Pada CTL untuk dapat mendapatkan pemahaman konsep, anak mengalami langsung dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat dan menerima informasi dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk saling membelajarkan.

---0---
BAB 14
Strategi Pembelajaran Afektif

  1. Pendahuluan
Strategi pembelajaran afektif berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuuh dari dalam.
  1. Hakikat Pendidikan Nilai dan Sikap
Sikap (afektif) erat kaitannya dengan nilai yang dimiliki seseorang. Sikap merupaka refleksi dari nilai yang dimiliki. Oleh karenanya, pendidikan sikap pada dasarnya adalah pendidikan nilai.
Nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak dalam dunia yang empiris. Nilai berhubungan dengan pandangan seseorang tentang baik dan buruk, indah dan tidak indah, layak dan tidak layak, adil dan tidak adil dan sebagainya. Dengan demikian, pendidikan nilai pada dasarnya proses penanaman nilai pada peserta didik yang diharapkan siswa dapat berperilaku sesuai dengan pandangan yang dianggapnya baik dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
  1. Proses Pembentukan Sikap
  1. Pola Pembiasaan
Belajar membentuk sikap melalui pembiasaan itu juga dilakukan oleh skinner melalui teorinya operant conditioning. Proses pembentukan sikap melalui pembiasaan yang dilakukan Watson berbeda dengan proses pembiasaan yang dilakukan Skinner. Pembentukan sikap yang dilakukan Skinner menekankan pada proses peneguhan respon anak. Setiap kali menunjukkan prestasi baik diberikan penguatan dengan cara memberikan hadiah atau perilaku yang menyenangkan. Lama-kelamaan anak berusaha meningkatkan sifat positifnya.
  1. Modeling
Proses penanaman sikap anak terhadap suatu objek melalui proses modeling pada mulanya dilakukan secara mencontoh, namun anak perlu diberi pemahaman mengapa hal itu dilakukan. Misalnya, guru perlu menjelaskan mengapa kita harus tlaten terhadap tanaman; atau mengapa kita harus berpakaian bersih. Hal ini dilakukan agar sikap tertentu yang muncul benar-benar didasari oleh suatu keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem nilai.
  1. Model Strategi Pembelajaran Sikap
Strategi pembelajaran sikap umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis. Melalui situasi ini diharapkan siswa dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai yang dianggapnya baik. Dibawah ini disajikan beberapa model strategi pembelajaran pembentukan sikap.
  1. Model Konsiderasi
Model ini menekankan kepada strategi pembelajaran yang dapat membentuk kepribadian.  Tujuannya adalah agar siswa menjadi manusia yang memiliki kepedulian terhadap orang lain. Jadi pembelajaran sikap pada dasarnya adalah membantu anak agar dapat mengembangkan kemampuan untuk bisa hidup bersama secara harmonis, peduli, dan merasakan apa yang dirasakan orang lain.
  1. Model Pengembangan Kognitif
Model pengembangan kognitif dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg. Model ini banyak diilhami oleh pemikiran John Dewey dan Jean Piaget yang berpendapat bahwa perkembangan manusia terjadi sebagai proses dari restrukturisasi kognitif yang berlangsung secara berangsur-angsur menurut urutan tartentu. Menurut Kohlberg, moral manusia itu berkembang melalui 3 tingkat dan setiap tingkat terdiri dari 2 tahap.
  1. Tingkat Prakonvensional
Pada tingkat ini setiap individu memandang moral berdasarkan kepentingannya sendiri. Artinya pertimbangan moral didasarkan pada pandangan secara individual tanpa menghiraukan rumusan dan aturan yang dibuat oleh masyarakat. Pada tingkat prakonvensional ini terdiri atas dua tahap.
            Tahap 1 Orientasi hukuman dan kepatuhan
            Tahap 2 Orientasi Instrumental-relatif
  1. Tingkat Konvensional
Pada tahap ini anak mendekati masalah didasarkan pada hubungan individu-masyarakat. Kesadaran dalam diri anak mulai tumbuh bahwa perilaku itu harus sesuai dengan norma-norma dan aturan yang berlaku di masyarakat.
            Tahap 3 Keselarasan interpersonal
            Tahap 4 Sistem sosial dan kata hati
  1. Tingkat Postkonvensional
Pada tingkat ini perilaku bukan hanya didasarkan pada kepatuhan terhadap norma-norma masyarakat yang berlaku, akan tetapi didasari oleh adanya kesadaran sesuai dengan nilai-nilai yang dimilikinya secara individu.
            Tahap 5 Kontrak sosial
            Tahap 6 Prinsip etis yang universal

  1. Teknik Mengklarifikasi Nilai
Tingkat mengklarifikasi nilai (value clarification technique) atau sering disingkat VCT dapat diartikan sebagai teknik pengajaran yang membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi setiap persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa.
Kelemahan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran nilai atau sikap adalah proses pembelajaran dilakukan secara langsung  oleh guru, artinya, guru menanamkan nilai-nilai yang dianggapnya baik tanpa memperhatikan nilai yang sudah tertanam dalam diri siswa, akibatnya sering terjadi benturan atau konflik dalam diri siswa karena ketidakcocokan antara nilai lama yang sudah terbentuk dengan nilai baru yang ditanamkan oleh guru.
VCT sebagai suatu model dalam strategi pembelajaran moral VCT bertujuan:
  1. Untuk mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai.
  2. Membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik tingkatannya maupun sifatnya (positif dan negatifnya) untuk kemudian dibina kearah peningkatan  atau pembetulannya.
  3. Untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima siswa, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi milik siswa.
  1. Kesulitan dalam Pembelajaran Afektif
Proses pendidikan bukan hanya membentuk kecerdasan dan atau memberikan keterampilan tertentu saja, akan tetapi juga membentuk dan mengembangkan sikap agar anak berperilaku sesuai norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Namun demikian, dalam proses pendidikan di sekolah proses pembelajaran sikap kadang-kadang terabaikan. Hal ini disebabkan proses pembelajaran dan pembentukan akhlak memiliki beberapa kesulitan.
Pertama, selama ini proses pendidikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku cenderung diarahkan uuntuk pembentukan intelektual. Dengan demikian, keberhasilan proses pendidikan dan proses belajar disekolah ditentukan oleh criteria kemampuan intelektual. Akibatnya, upaya yang dilakukan guru diarahkan kepada bagaimana agar anak dapat menguasai sejumlah pengetahuan sesuai dengan standar isi kurikulum yang berlaku oleh karena kemampuan intelektual identik dengan penguasaan materi pelajaran.
Kedua, sulitnya melakukan control karena banyaknya factor yang dapat mempengaruhi perkembangan sikap seseorang. Pengembangan kemampuan sikap baik melalui proses pembeiasaan maupun modeling bukan hanya ditentukan oleh factor gguru, tetapi juga factor-faktor lai terutama factor lingkungan. Artinya, walaupun disekolah guru berusaha memberikan contoh yang baik, akan tetapi manakala tidak didukung oleh lingkungan anak baik lingkungan sekolah maupun masyarakat, maka pembentukan sikap akan sulit dilaksanakan.
Ketiga, keberhasilan pembentukan sikap tidak bisa dievaluasi dengan segera. Berbeda dengan pembentukan sikap kognitif aspek keterampilan yang hasilnya dapat diketahui setelah proses pembelajaran berakhir, maka keberhasilan dari pembentukan sikap baru dpat dilihat pada rentan waktu waktu yang cukup panjang. Hal ini disebabkan sikap berhubungan dengan internalisasi nilai yang memerlukan proses lama.
Keempat, pengaruh kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi yang menyuguhkan aneka pilihan program acara. Berdampak pada pembentukan karakter anak. Tidak bisa dipungkiri, program-program televise misalnya, yang banyak menayangkan program acara produksi luar yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda, dan banyak ditonton oleh anak-anak,sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap dan mental anak.
---0---

  1. Manfaat Penulisan Rangkuman Buku Strategi Pembelajaran
Dari pembahasan mengenai rangkuman buku strategi pembelajaran ini, maka dapat diperoleh manfaat sebagai berikut :
  1. Menambah wawasan dan pengetahuan dibidang kajian strategi pembelajaran.
  2. Mengetahui pengertian, ruang lingkup serta konsep-konsep dasar dalam strategi pembelajaran.
  3. Mengetahui jenis-jenis srtategi pembelajaran yang bisa diterapkan untuk pembelajaran peserta didik.
  4. Memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik yang akan diberikan materi pembelajaran pada saat proses pembelajaran.
  5. Dapat mengerti kondisi anak didiknya karna bisa menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kondisi peserta didik.
  1. Kelebihan Dan Kekurangan Buku Strategi Pembelajaran
Adapun kelebihan dan kekurangan dalam buku strategi pembelajaran ini menurut saya pribadi adalah dari segi pembahasan materi setiap bab sudah sangat baik karena dalam setiap bab sudah dilengkapi dengan pendahuluan sebagai pengenalan materi, lalu pembahasan materinya sudah sangat baik, jelas dan mudah dipahami. Dari segi pembahasan materinya juga sudah sangat baik karena kajian mengenai strategi pembelajarannya sudah sangat dalam, di perjelas lagi dengan teori-teori dari para ahli sebagai acuan dalam pembahasan teori tersebut. Adapun kekurangan dari buku strategi pembelajaan ini menurut saya pribadi tidak terlalu banyak, seharusnya buku ini memuat lebih banyak lagi jenis-jenis strategi pembelajaran dan model-model pembelajaran yang ada sekarang ini sehingga akan lebih memberluas lagi wawasan kita mengenai ragam jenis strategi pembelajaran yang bisa kita gunakan untuk di terapkan dalam pembelajaran di kelas.
  1. Komentar Mengenai Buku Strategi Pembelajaran
Berikut ini beberapa komentar atau pendapat saya pribadi mengenai buku strategi pembelajaran yang sudah dibahas dalam rangkuman ini, yaitu sebagai berikut :
  1. Buku strategi pembelajaran ini sangat bagus karena mengulas mengenai bergamai macam strategi pembelajaran yang sangat baik untuk digunakan dalam pemeblajaran peserta didik di kelas.
  2. Buku strategi pembelajaran ini sangat bagus karena memberikan petunjuk tentang bagaimana cara menentukan strategi pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dikelas sesuai dengan kondisi belajar siswa





PENUTUP
Demikianlah pemaparan mengenai buku strategi pembelajaran ini yang telah saya rangkum menjadi lebih sederhana dalam rangkuman buku strategi pembelajaran ini. Tujuan dari rangkuman buku ini adalah untuk lebih menyingkat dan menyederhanakan lagi materi yang dibahas dalam buku strategi pembelajaran supaya tidak terlalu panjang lebar sehingga para pembaca akan lebih mudah dalam mempelajari gagasan-gagasan inti yang terdapat dalam buku strategi pembelajaran. Harapanya semoga rangkuman buku strategi pembelajaran ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita dalam bidang kajian strategi pembelajaran. Apabila dalam penyusunan rangkuman buku strtegi pembelajaran ini masih terdapat banyak kesalahan penulisan ejaan, kata, maupun istilah-istilah lainnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Karena didunia ini tidak ada sesuatu yang paling sempurna kecuali kesempurnaan itu hanya miliki oleh Allah Swt semata. Sekian dan terimakasih.

Lanjutan Rangkuman Buku Strategi Pembelajaran Bab 10 sampai Bab 12

Lanjutan Rangkuman Buku Strategi Pembelajaran Bab 10 sampai Bab 12


BAB 10
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)

  1. Pendahuluan
Dalam penerapan strategi ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik masalah, walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas.  Proses pembelajaran diarahkan agar siswa dapat menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.
Dilihat dari aspek psikologi belajar SPBM bersandarkan pada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antar invidu dengan lingkungannya.
  1. Konsep Dasar dan Karakteristik SPBM
SPBM dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Untuk mengimplementasikan SPBM guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahn yang dapat dipecahkan. Permasalahn itu dapat diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi dilingkungan sekitar.
  1. Hakikat Masalah dalam SPBM
Hakikat masalh dalam SPBM adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan, atau kecemasan.
  1. Tahap-tahap SPBM
Banyak ahli yang mennjelaskan banyak penerapan SPBM. John Dewey seorang ahli berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah SPBM yang kemudian dia namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu:
  1. Merumuskan masalah
  2. Menganalisis masalah
  3. Merumuskan hipotesis
  4. Mengumpulkan data
  5. Pengujian hipotesis
  6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah
  1. Keunggulan dan Kelemahan SPBM
  1. Keunggulan
Sebagai suatu strategi pembelajaran, SPBM memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
a.       Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran
b.      Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c.       Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa
d.      Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan nyata.
  1. Kelemahan
Disamping keunggulan, SPBM juga memiliki kelemahan diantaranya:
a.       Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b.      Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan
c.       Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
---0---
BAB 11
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)

  1. Pendahuluan
SPPKB merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa, Joyce dan Weil (1980) menempatkan model pembelajaran ini kedalam bagian model pembelajaran Cognitive Growth: the Capacity to Think.
Dalam SPPKB, materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa di bimbing untuk menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.
  1. Hakikat dan Pengertian Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan.
Terdapat beberapa hal yang terkandung dalam pengertian diatas, pertama SPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu pada perkembangan kemampuan berpikir. Artinya tujuan yang ingin dicapai oleh SPPKB adalah bukan sekedar siswa dapat mampu menguasi materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa verbal.
Kedua, telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan pada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari/ berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, sasaran akhir SPPKB adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.
  1. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis SPPKB
  1. Latar Belakang Filosofis
Dalam proses pembelajaran berpikir, pengetahuan tidak diperoleh hasil transfer dari orang lain. Akan tetapi pengetahuan diperoleh melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan yang ada. Suatu pengetahuan dianggap benar manakala pengetahuan tersebut berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang muncul. Aliran konstruktivisme menganggap bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer begutu saja dari seseorang kepada orang lain, tetapi harus di interpretasikan sendiri oleh masing-masing individu. Oleh sebab itu, model pembelajaran berpikir menekankan kepada aktivitas siswa untuk mencari pemahaman akan objek, menganalisis, dan mengkonstruksinya sehingga terbentuk pengetahuan baru dalam diri individu.
  1. Latar Belakang Psikologis
Landasan psikologis SPPKB adalah aliran psikologis kognitif. Menurut aliran kognitif, belajar pada hakikatnya merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral. Sebagai peristiwa mental perilaku manusia tidak semata-mata merupakan gerakan fisik saja, akan tetapi yang lebih penting adalah adanya faktor pendorong yang mendekatkan fisik itu. Sebab manusia selamnya memiliki kebutuhan yang melekat dalam dirinya. Kebutuhan itulah yang nebdorong manusia untuk berperilaku.
  1. Hakikat Kemampuan Berpikir dalam SPPKB
SPPKB bukan hanya sekedar model pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan memahami berbagai data, fakta, atau konsep akan tetapi bagaimana data, fakta dan konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir siswa dalam menghadapi dan memecahkan suatu problem.
  1. Karakteristik SPPKB
SPPKB memiliki karakteristik utama sebagai berikut :
  1. Proses pembelajaran pada SPPKB menekankan pada proses mental siswa secara maksimal.
  2. SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus menerus.
  3. SPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi yang sama pentinya. Yaitu, sisi proses dan hasil belajar.
  1. Perbedaan SPPKB dengan Pembelajaran Konvensional
Ada perbedaan pokok antara SPPKB dengan pembelajaran yang selama ini banyak dilakukan guru. Perbedaan tersebut adalah :
  1. SPPKB menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar, artinya peserta didik berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menggali pengalamannya sendiri; sedangkan dalam pembelajaran konvensional peserta didik ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.
  2. Dalam SPPKB pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata melalui penggalian pengalaman setiap siswa, sedangkan dalam pembelajaran konvensioanal pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.
  3. Dalam SPPKB, perilaku dibangun oleh kesadaran diri, sedangkan dalam pembelajaran konvensional perilaku dibangun oleh proses kebiasaan.
  1. Tahapan-tahapan Pembelajaran SPPKB
SPPKB menekankan kepada keterlibatan siswa secara penuh dalam belajar. Hal ini sesuai dengan hakikat SPPKB yang tidak hanya mengharapkan peserta didik sebagai objek belajar yang hanya duduk mendengarkan penjelasan guru. Ada 6 tahap dalam SPPKB sebaga berikut :
  1. Tahap orientasi
  2. Tahap pelacakan
  3. Tahap konfrontasi
  4. Tahap inkuiri
  5. Tahap akomodasi
  6. Tahap transfer
---0---
BAB 12
Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)

  1. Pendahuluan
Kelompok merupakan konsep yang penting dalam kehidupan manusia, karena sepanjang hidupnya manusia tidak akan terlepas dari kelompoknya. Kelompok dalam konteks pembelajaran dapat diartikan sebagai kumpulan dua orang invidu atau lebih yang berinteraksi secara tatap muka, dan setiap individu menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompoknya, sehingga mereka merasa memiliki, dan saling ketergantungan secara positif yang digunakan untuk mencapai tujuan bersama.
Dari konsep diatas maka jelas, dalam proses pembelajaran kelompok setiap anggota kelompok akan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama pula.
  1. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK)
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan belajar yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam SPK, yaitu : (1) adanya peserta dalam kelompok, (2) adanya aturan kelompok, (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai.
  1. Karaktristik Prinsip-prinsip SPK
  1. Karakteristik SPK
Pembelajaan kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran lain. Perbedaan itu dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran. Tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif.
Slavin, Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat di jelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif motivasi, perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif dan perspektif elaborasi kognitif. Berikut adalah karakteristik strategi pembelajaran kooperatif.
  1. Pembelajaran secara tim
  2. Didasarkan pada manajemen kooperatif
  3. Kemauan untuk bekerja sama
  4. Keterampilan bekerja sama
  1. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijlaskan dibawah ini.
  1. Prinsip ketergantungan Positif
Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan mana kala ada anggota yang tidak dapat menyelesaikan tugasnya, dan ini semua memerlukan kerjasama yang baik dari masing-masing anggota kelompok.
  1. Tanggung Jawab Perorangan
Setiap kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya.
  1. Interaksi Tatap Muka
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan.interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok yang bekerja sama, menghargai setiap perbedaan-perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan mengisi kekurangan masing-masing.
  1. Partisipasi dan Komunikasi
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat. Oleh karena itu, sebelum melakukan kooperatif guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi.
  1. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu: (1) penjelasan materi, (2) belajar dalam kelompok, (3) penilaian, dan (4) pengakuan tim.
  1. Keunggulan dan Kelemahan SPK
  1. Keunggulan SPK
Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran diantaranya:
  1. Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tatapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
  2. SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
  3. SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
  4. SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
  1. Keterbatasan SPK
Disamping keunggulun, SPK juga memiliki keterbatasan, diantaranya:
  1. Untuk memahami dan mengerti filosofis SPK memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning.
  2. Ciri utama dalam SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
---0---