CERPEN
Cinta
Is Omong Kosong
Karya : Guntur Megananda
Siang
itu aku lagi asyik iseng buka sosial media, mumpung tugas dikantor udah
selesai... siang itu udara memang cukup panas,maklum karena bulan ini masih
masuk musim kemarau yang panjang. Waktu di jam tangan ku sudah menunjukkan
pukul setengah dua siang, perut aku pun sudah terasa mulai keroncongan ibarat
cacing yang teriak-teriak minta dikasih makan..hehe dan tanpa sengaja aku
melihat sebuah status di sosial media ku yang isinya sangat membuat siang ini
terasa begitu panas seperti di dalam neraka, bahkan panasnya sampai membakar
sela-sela rongga dadaku dan membakar hatiku sampai meleleh.. betapa tidak,
karna status yang aku baca tanpa sengaja di sosial media milik aku itu tidak
bukan adalah akun milik mantan aku yang ternyata isi statusnya akan
melangsungkan pernikahannya dengan lak-laki pilihannya. Meskipun aku bukan
siapa-siapanya dia lagi sekarang tapi aku masih tidak terima dan jengkel sekali
karena perlakuannya dulu yang telah mengecewakanku. Rasanya aku pengen makan
orang dan menelannya bulat – bulat.. hehe Sampai detik ini pun rasa sakit itu
masih tetap bersemayam di dalam sanubariku dan tidak akan pernah ku lupakan. Oh
ya, kenalin aku adalah gunawan, salah seorang karyawan pada suatu instansi atau
lembaga milik pemerintah. Disamping itu aku juga masih melanjutkan studi ku di
salah satu perguruan tinggi swasta.
Siang
itu aku masih terduduk terdiam di atas teras depan sebuah ruangan di sebuah
kursi kayu panjang dengan cuaca yang sangat panas, sepanas hati ku ini seperti
air yang baru mendidih. Sesekali angin bertiup lembut menerpa tubuhku yang
sedang kepanasan ini. aku masih tidak habis pikir dengan kelakuan dia yang
begitu mudahnya mendapatkan penggantiku, setelah sekian lama meninggalkan ku
begitu aja. Meskipun rasa sayang ini terkadang masih ada tapi kini rasa sayang
itu telah berubah menjadi sebuah kebencian teramat dalam dan sampai kapan pun
tidak akan pernah bisa hilang. Aku pun jadi teringat masa dua tahun yang lalu,
saat dimana aku baru mengenal dia sebagai pribadi yang kelihatannya lugu dan
penuh dengan kesempurnaan walau pun ternyata anggapan ku itu berbanding
terbalik tiga ratus enam puluh derajat.
Kisah
ini bermula kira – kira dua tahun silam, waktu itu aku lagi nyari – nyari
perguruan tinggi yang cocok untuk aku. Secara kebetulan aku tak sengaja melihat
profil akun dia dan secara kebetulan juga aku melihat bahwa dia juga sudah
terdaftar kuliah di sebuah perguruan tinggi yang rencananya akan aku daftarin.
Oh ya sampai lupa, yang aku maksud dengan dia itu adalah seorang gadis
perempuan yang lumayan cantik yang bernama khotimah. Waktu itu karena aku masih
bingung dengan perguruan tinggi yang mau aku masuki itu akhirnya aku memberanikan
diri untuk mengirim inbok kepada khotimah melalui sosial media milikku yang
mana isi inbok itu adalah menanyakan bagaimana syarat – syarat yang harus di
siapakan untuk masuk keperguruan tinggi itu.
Tak
sabar aku menunggu jawaban darinya, baru setelah beberapa minggu kemudian
akhirnya khotimah mengirim balasan ke sosial media milik aku. Kebetulan waktu
itu aku dan khotimah sedang sama – sama online dan kami pun saling berkirim
balas pesan lewat inbok dengan asyiknya. Sesekali dalam percakapan lewat inbok
itu aku bertanya di luar seputar masalah pendaftaran kuliah. Dan dia dengan
senang hati menenggapainya dengan baik, akhirnya kami pun saling bertanya
tentang masalah pribadi masing - masing dan kesibukan masing – masing.
“tumben pagi –
pagi udah on ?” tanya ku.
“he’em sambil
bersih”
“liburan
acaranya kemana ni?”
“Ga ada planing?”
“masa ?”
“iya..”
Setelah beberapa lama akhirnya aku
merencanakan untuk jumpa darat dengannya, dan khotimah pun meng iyakannya.
Seminggu sebelumnya aku merencanakan untuk ketemuan, tetapi waktu itu pas hari
minggunya kebetulan di sekolah ku ada acara arisan keluarga. Aku sempat kecewa
karena rencana pertemuan ku dengan khotimah menjadi agak terganggu karena
paginya aku harus menghadiri acara keluarga itu sampai siang. Akhirnya acara
itu pun selesai, aku menjadi semangat sekali untuk segera menemuinya. Namun
rencana ku masih terganjal juga. Siang itu cuaca sangat mendung dan akhirnya
tetesan air pun mengucur dari langit. Aku pun sedikit sangat kecawa, tetapi aku
tidak menyerah. Aku tetap setia menunggu hujan itu sampai reda demi untuk bisa
bertemu dengan dia karena rasa penasaran ku yang begitu menggebu – gebu untuk
bisa bertemu dengan khotimah. Tak lama hujan pun mulai reda, aku pun segara
mengeluarkan handphone yang ada di saku celanaku. Dengan lincah jari – jari ku
mencarai nama khotimah di daftar kontak teleponku. Akhirnya aku telfon
khotimah.
Tutt..tutt..tutt..’’
hallo asslamualaikum..’’ jawab khotimah.
“waalaikum
salam” jawab ku.
“gimana
mas ?”
“ga
papa dhe, oh ya jadikan kita ketemu hari ini?”
“iya
mas, tapi kan cuaca mendung begini, aku kasihan nanti mas kehujanan di jalan”
“
tenang aja, demi kamu aku rela berbuat apa pun..hehe” dengan nada setengah
tertawa.
“iya
mas, tapi aku sedang berada di rumah budeku. Mas kesini aja, alamat rumahnya
seperti yang sudah aku ceritakan kemarin .”
“iya
dhe, mas mengerti, ya udah mas siap –
siap berangkat kesitu ya..”
“iya
mas, hati-hati dijalan”
Tanpa menunggu
lama aku pun segera menaiki sepeda motor ku dan segera menuju rumah budhenya
khotimah.
Disana kami
ngbrol panjang lebar dengan asyik, walau pun baru ketemu tapi aku merasa tidak
asing melihat wajah dia. Aku merasa ada daya tarik tersendiri dari khotimah.
Daya tarik dan rasa nyaman yang tak pernah aku jumpai dengan perempuan manapun
sebelum aku mengenal khotimah. Khotimah pun kelihatannya juga merasa nyaman
dengan ku. Walaupun aku baru di temuinya tapi dia seolah-olah tidak merasa
sungkan atau malu untuk ngbrol panjang lebar denganku. Dalam hati ku pun
berkata “tuhan, apakah ini yang kau sebut dengan cinta, jika iya maka dekatkan
lah hamba dengannya seperti dekatnya antara jari telunjuk dan ibu jari .” tak
terasa waktu sudah sore, aku pun pamitan untuk pulang.
Waktu terus
berlalu, jam berganti demi jam, hari berganti demi hari, minggu berganti demi
minggu, kami pun merasa semakin dekat dan semakin nyaman hingga pada suatu hari
kami pun memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan. Meskipun usia ku terpaut
dua tahun dengan khotimah yang usianya dua tahun diatas aku tapi kata dia tidak
menjadi pengahalang untuk menjalin sebuah hubungan. Yang aku suka dari khotimah
adalah sikapnya yang dewasa dan bisa mengerti aku. Aku pun sebaliknya bisa
belajar banyak dari dia, tentang sebuah kedewasaan. Aku pun sering di ajak main
kerumahnya khotimah, bahkan sampai – sampai aku sering ngbrol bareng dengan
orang tua khotimah. Waktu itu kami sudah layaknya seperti suami istri, karena
hampir sudah tidak ada dinding pemisah diantara kami berdua. Setiap ada masalah
kami selalu bercerita dan saling memberi solusi. Khotimah pun kadang aku ajak
main ke rumah untuk di kenalin dengan orang tua aku. Dan orang tua aku pun
senang dengan khotimah.
Setelah hubungan
kami menginjak beberapa bulan tingkah laku dia nampak begitu aneh. Kalo ada apa
– apa dia jadi gampang marah. Aku nda tau kenapa tiba – tiba dia jadi begitu.
Melalui sebuah pesan singkat khotimah bilang bahwa khotimah ingin menyudahi
hubungannya dengan ku. Dia bilang karena usia ku masih terlalu muda untuknya.
Padahal dari awal dia pernah mengatakan bahwa usia tidak akan menjadi pemisah
diantara kita, tetapi omongan itu dia langgar sendiri. Aku sasangat kecewa
sekali. Hari – hari ku aku habiskan untuk diam dan termenung. Kadang aku
berfikir, apa mungkin perasaan cinta yang selama ini dia ucapkan dan janji –
janji manisnya dulu hanya sebuah omong kosong belaka. Apa mungkin aku hanya di
jadikan sebagai batu loncatannya saja dan dia tidak benar – benar mencintaiku
dari awal, terus kemudian setelah bosan dia dengan gampangnya mencampakkan ku
begitu saja? Ahh, Aku pun tak tau. Perasaan ini terus – terusan bergejolak
dalam pikiranku. Sejak saat itu aku tidak pernah percaya lagi dengan yang
namanya cinta, semuanya mungkin sama saja. Awalnya mungkin manis tapi pada
akhirya rasa manis itu akan berangsur-angsur berubah menjadi pahit. Cinta
adalah omong kosong.
SELESAI
0 komentar:
Posting Komentar