Selasa, 31 Mei 2016

Lanjutan Rangkuman Buku Strategi Pembelajaran Bab 13 sampai Penutup

Lanjutan Rangkuman Buku Strategi Pembelajaran Bab 13 sampai Penutup

BAB 13
Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)

  1. Pendahuluan
Berbeda dengan strategi-strategi yang telah kita bicarakan sebelumnya, CTL merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari mata pelajaran sesuai dengan topik yang dipelajarinya. Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung.

  1. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
  1. Latar Belakang Filisofis dan Psikologi CTL
  1. Latar Belakang Filosofis
Pandangan Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran, diantaraya konteks pembelajaran kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemberitahuan orang lain, tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan yang demikian akan mudah dilupakan dan tidak fungsional.
  1. Latar Belakang Psikologis
Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran kognitif psikologis. menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman invidu akan lingkungan.belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respons. Belajar tidak sesederhana itu. Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti motivasi, emosi, minat, dan kemampuan atau pengalaman.
  1. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional
Dibawah ini dijelaskan secara singkat perbedaan kedua model tersebut, dilihat dari konteks tertentu.
  1. CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.
  2. Dalam pembelajaran CTL, siswa belajar melalui kegiatan kelompok, seperti kerja kelompok, berdiskusi, saling menerima dan memberi. Sedangkan dalam pembelajaran konvensional siswa lebih banyak belajar secara individual dengan menerima, mencatat, dan menghafal materi pelajaran.
  3. Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara rill; sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.
  4. Dalam CTL, kemampuan didasarkan pada pengalaman, sedangkan dalam pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan.
  1. Peran Guru dan Siswa dalam CTL
Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap gaya belajar siswa. Dalam pembelajaran konvensional, hal ini sering terlupakan sehingga proses pembelajaran tak ubahnya sebagai proses pemaksaan kehendak, yang menurut Paulo Freire sebagai sistem penindasan.
  1. Asas-asas CTL
CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Seringali asas ini disebut juga komponen-komponen CTL. Selanjutnya ketujuh asas ini akan dijelaskan dibawah ini.
  1. Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
  1. Inkuiri
Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir yang sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.
  1. Bertanya
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu. Sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan sesorang dalam berpikir.
  1. Masyarakat Belajar
Konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pemelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain.
Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.
  1. Pemodelan
Yang dimaksud dengan asas pemodelan adalah proses pembelajaran dengan mempragakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa.
  1. Refleksi
Reflaksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari dilakukan dengan cara mengurutkan lembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
  1. Penilaian Nyata
Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak.
  1. Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL
Untuk lebih memahami bagaimana mengaplikasikan CTL dalam proses pembelajaran, dibawah ini disajikan contoh penerapannya. Dalam contoh tersebut dipaparkan bagaimana guru menerapkan pembelajaran dengan pola konvensional dan dengan pola CTL.
  1. Pola Pembelajaran Konvensional
Untuk mencapai tujuan kompetensi diatas, mungkin guru menerapkan strategi pembelajaran sebagai berikut.
1)      Siswa disuruh untuk membaca buku tentang pasar
2)      Guru menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan pokok-pokok materi pelajaran seperti yang terkandung  dalam indikator hasil belajar
3)      Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya manakala ada hal-hal yang kurang jelas
4)      Guru megulas pokok-pokok materi pelajaran yang telah disampaikan dilajutkan dengan menyimpulkan.
Dalam model pembelajaran seperti yang sudah dijelaskan diatas, maka tampak bahwa proses pembelajaran sepenuhnya ada pada kendali guru. Siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi. Pengalaman belajar siswa terbatas, hanya sekedar mendengarkan. Melalui pola pembelajaran semacam itu, maka jelas faktor-faktor psikologis anak tidak berkembang secara utuh, misalnya mental dan moivasi belajar siswa.
  1. Pola Perkembangan CTL
Untuk mencapai kompetensi yang sama dengan menggunakan CTL guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti dibawah ini.
  1. Pendahuluan
1)      Guru menjelaskan kompetensi-kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran
2)      Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL
3)      Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.
  1. Inti
Dilapangan
1)      Siswa melakukan obsevasi ke pasar sesuai dengan pembagia tugas kelompok
2)      Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di pasar
Didalam kelas
1)      Siswa mendiskusikan hasil temuan sesuai dengan kelompoknya
2)      Siswa melaporkan hasil diskusi
3)      Setiap kelompok mengadakan tanya jawab dengan kelompok lain
  1. Penutup
1)      Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil kegiatan observasi
2)      Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan sesuai dengan bahasan dalam observasi
Pada CTL untuk dapat mendapatkan pemahaman konsep, anak mengalami langsung dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat dan menerima informasi dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk saling membelajarkan.

---0---
BAB 14
Strategi Pembelajaran Afektif

  1. Pendahuluan
Strategi pembelajaran afektif berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuuh dari dalam.
  1. Hakikat Pendidikan Nilai dan Sikap
Sikap (afektif) erat kaitannya dengan nilai yang dimiliki seseorang. Sikap merupaka refleksi dari nilai yang dimiliki. Oleh karenanya, pendidikan sikap pada dasarnya adalah pendidikan nilai.
Nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak dalam dunia yang empiris. Nilai berhubungan dengan pandangan seseorang tentang baik dan buruk, indah dan tidak indah, layak dan tidak layak, adil dan tidak adil dan sebagainya. Dengan demikian, pendidikan nilai pada dasarnya proses penanaman nilai pada peserta didik yang diharapkan siswa dapat berperilaku sesuai dengan pandangan yang dianggapnya baik dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
  1. Proses Pembentukan Sikap
  1. Pola Pembiasaan
Belajar membentuk sikap melalui pembiasaan itu juga dilakukan oleh skinner melalui teorinya operant conditioning. Proses pembentukan sikap melalui pembiasaan yang dilakukan Watson berbeda dengan proses pembiasaan yang dilakukan Skinner. Pembentukan sikap yang dilakukan Skinner menekankan pada proses peneguhan respon anak. Setiap kali menunjukkan prestasi baik diberikan penguatan dengan cara memberikan hadiah atau perilaku yang menyenangkan. Lama-kelamaan anak berusaha meningkatkan sifat positifnya.
  1. Modeling
Proses penanaman sikap anak terhadap suatu objek melalui proses modeling pada mulanya dilakukan secara mencontoh, namun anak perlu diberi pemahaman mengapa hal itu dilakukan. Misalnya, guru perlu menjelaskan mengapa kita harus tlaten terhadap tanaman; atau mengapa kita harus berpakaian bersih. Hal ini dilakukan agar sikap tertentu yang muncul benar-benar didasari oleh suatu keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem nilai.
  1. Model Strategi Pembelajaran Sikap
Strategi pembelajaran sikap umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis. Melalui situasi ini diharapkan siswa dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai yang dianggapnya baik. Dibawah ini disajikan beberapa model strategi pembelajaran pembentukan sikap.
  1. Model Konsiderasi
Model ini menekankan kepada strategi pembelajaran yang dapat membentuk kepribadian.  Tujuannya adalah agar siswa menjadi manusia yang memiliki kepedulian terhadap orang lain. Jadi pembelajaran sikap pada dasarnya adalah membantu anak agar dapat mengembangkan kemampuan untuk bisa hidup bersama secara harmonis, peduli, dan merasakan apa yang dirasakan orang lain.
  1. Model Pengembangan Kognitif
Model pengembangan kognitif dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg. Model ini banyak diilhami oleh pemikiran John Dewey dan Jean Piaget yang berpendapat bahwa perkembangan manusia terjadi sebagai proses dari restrukturisasi kognitif yang berlangsung secara berangsur-angsur menurut urutan tartentu. Menurut Kohlberg, moral manusia itu berkembang melalui 3 tingkat dan setiap tingkat terdiri dari 2 tahap.
  1. Tingkat Prakonvensional
Pada tingkat ini setiap individu memandang moral berdasarkan kepentingannya sendiri. Artinya pertimbangan moral didasarkan pada pandangan secara individual tanpa menghiraukan rumusan dan aturan yang dibuat oleh masyarakat. Pada tingkat prakonvensional ini terdiri atas dua tahap.
            Tahap 1 Orientasi hukuman dan kepatuhan
            Tahap 2 Orientasi Instrumental-relatif
  1. Tingkat Konvensional
Pada tahap ini anak mendekati masalah didasarkan pada hubungan individu-masyarakat. Kesadaran dalam diri anak mulai tumbuh bahwa perilaku itu harus sesuai dengan norma-norma dan aturan yang berlaku di masyarakat.
            Tahap 3 Keselarasan interpersonal
            Tahap 4 Sistem sosial dan kata hati
  1. Tingkat Postkonvensional
Pada tingkat ini perilaku bukan hanya didasarkan pada kepatuhan terhadap norma-norma masyarakat yang berlaku, akan tetapi didasari oleh adanya kesadaran sesuai dengan nilai-nilai yang dimilikinya secara individu.
            Tahap 5 Kontrak sosial
            Tahap 6 Prinsip etis yang universal

  1. Teknik Mengklarifikasi Nilai
Tingkat mengklarifikasi nilai (value clarification technique) atau sering disingkat VCT dapat diartikan sebagai teknik pengajaran yang membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi setiap persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa.
Kelemahan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran nilai atau sikap adalah proses pembelajaran dilakukan secara langsung  oleh guru, artinya, guru menanamkan nilai-nilai yang dianggapnya baik tanpa memperhatikan nilai yang sudah tertanam dalam diri siswa, akibatnya sering terjadi benturan atau konflik dalam diri siswa karena ketidakcocokan antara nilai lama yang sudah terbentuk dengan nilai baru yang ditanamkan oleh guru.
VCT sebagai suatu model dalam strategi pembelajaran moral VCT bertujuan:
  1. Untuk mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai.
  2. Membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik tingkatannya maupun sifatnya (positif dan negatifnya) untuk kemudian dibina kearah peningkatan  atau pembetulannya.
  3. Untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima siswa, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi milik siswa.
  1. Kesulitan dalam Pembelajaran Afektif
Proses pendidikan bukan hanya membentuk kecerdasan dan atau memberikan keterampilan tertentu saja, akan tetapi juga membentuk dan mengembangkan sikap agar anak berperilaku sesuai norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Namun demikian, dalam proses pendidikan di sekolah proses pembelajaran sikap kadang-kadang terabaikan. Hal ini disebabkan proses pembelajaran dan pembentukan akhlak memiliki beberapa kesulitan.
Pertama, selama ini proses pendidikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku cenderung diarahkan uuntuk pembentukan intelektual. Dengan demikian, keberhasilan proses pendidikan dan proses belajar disekolah ditentukan oleh criteria kemampuan intelektual. Akibatnya, upaya yang dilakukan guru diarahkan kepada bagaimana agar anak dapat menguasai sejumlah pengetahuan sesuai dengan standar isi kurikulum yang berlaku oleh karena kemampuan intelektual identik dengan penguasaan materi pelajaran.
Kedua, sulitnya melakukan control karena banyaknya factor yang dapat mempengaruhi perkembangan sikap seseorang. Pengembangan kemampuan sikap baik melalui proses pembeiasaan maupun modeling bukan hanya ditentukan oleh factor gguru, tetapi juga factor-faktor lai terutama factor lingkungan. Artinya, walaupun disekolah guru berusaha memberikan contoh yang baik, akan tetapi manakala tidak didukung oleh lingkungan anak baik lingkungan sekolah maupun masyarakat, maka pembentukan sikap akan sulit dilaksanakan.
Ketiga, keberhasilan pembentukan sikap tidak bisa dievaluasi dengan segera. Berbeda dengan pembentukan sikap kognitif aspek keterampilan yang hasilnya dapat diketahui setelah proses pembelajaran berakhir, maka keberhasilan dari pembentukan sikap baru dpat dilihat pada rentan waktu waktu yang cukup panjang. Hal ini disebabkan sikap berhubungan dengan internalisasi nilai yang memerlukan proses lama.
Keempat, pengaruh kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi yang menyuguhkan aneka pilihan program acara. Berdampak pada pembentukan karakter anak. Tidak bisa dipungkiri, program-program televise misalnya, yang banyak menayangkan program acara produksi luar yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda, dan banyak ditonton oleh anak-anak,sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap dan mental anak.
---0---

  1. Manfaat Penulisan Rangkuman Buku Strategi Pembelajaran
Dari pembahasan mengenai rangkuman buku strategi pembelajaran ini, maka dapat diperoleh manfaat sebagai berikut :
  1. Menambah wawasan dan pengetahuan dibidang kajian strategi pembelajaran.
  2. Mengetahui pengertian, ruang lingkup serta konsep-konsep dasar dalam strategi pembelajaran.
  3. Mengetahui jenis-jenis srtategi pembelajaran yang bisa diterapkan untuk pembelajaran peserta didik.
  4. Memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik yang akan diberikan materi pembelajaran pada saat proses pembelajaran.
  5. Dapat mengerti kondisi anak didiknya karna bisa menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kondisi peserta didik.
  1. Kelebihan Dan Kekurangan Buku Strategi Pembelajaran
Adapun kelebihan dan kekurangan dalam buku strategi pembelajaran ini menurut saya pribadi adalah dari segi pembahasan materi setiap bab sudah sangat baik karena dalam setiap bab sudah dilengkapi dengan pendahuluan sebagai pengenalan materi, lalu pembahasan materinya sudah sangat baik, jelas dan mudah dipahami. Dari segi pembahasan materinya juga sudah sangat baik karena kajian mengenai strategi pembelajarannya sudah sangat dalam, di perjelas lagi dengan teori-teori dari para ahli sebagai acuan dalam pembahasan teori tersebut. Adapun kekurangan dari buku strategi pembelajaan ini menurut saya pribadi tidak terlalu banyak, seharusnya buku ini memuat lebih banyak lagi jenis-jenis strategi pembelajaran dan model-model pembelajaran yang ada sekarang ini sehingga akan lebih memberluas lagi wawasan kita mengenai ragam jenis strategi pembelajaran yang bisa kita gunakan untuk di terapkan dalam pembelajaran di kelas.
  1. Komentar Mengenai Buku Strategi Pembelajaran
Berikut ini beberapa komentar atau pendapat saya pribadi mengenai buku strategi pembelajaran yang sudah dibahas dalam rangkuman ini, yaitu sebagai berikut :
  1. Buku strategi pembelajaran ini sangat bagus karena mengulas mengenai bergamai macam strategi pembelajaran yang sangat baik untuk digunakan dalam pemeblajaran peserta didik di kelas.
  2. Buku strategi pembelajaran ini sangat bagus karena memberikan petunjuk tentang bagaimana cara menentukan strategi pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dikelas sesuai dengan kondisi belajar siswa





PENUTUP
Demikianlah pemaparan mengenai buku strategi pembelajaran ini yang telah saya rangkum menjadi lebih sederhana dalam rangkuman buku strategi pembelajaran ini. Tujuan dari rangkuman buku ini adalah untuk lebih menyingkat dan menyederhanakan lagi materi yang dibahas dalam buku strategi pembelajaran supaya tidak terlalu panjang lebar sehingga para pembaca akan lebih mudah dalam mempelajari gagasan-gagasan inti yang terdapat dalam buku strategi pembelajaran. Harapanya semoga rangkuman buku strategi pembelajaran ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita dalam bidang kajian strategi pembelajaran. Apabila dalam penyusunan rangkuman buku strtegi pembelajaran ini masih terdapat banyak kesalahan penulisan ejaan, kata, maupun istilah-istilah lainnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Karena didunia ini tidak ada sesuatu yang paling sempurna kecuali kesempurnaan itu hanya miliki oleh Allah Swt semata. Sekian dan terimakasih.

0 komentar:

Posting Komentar